Total Tayangan Halaman

Selasa, 02 Agustus 2011

TUGAS MENULIS: 2 CIRI-CIRI BAHASA TULIS, CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA BAKU, CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DAN PEMILIHAN KATA

Martha Ria Hanesti (091224054)
Alfeus Hendi (101224040)
Agustinus Adven Yudanto (101224042)
Yosep Trinowismanto (101224043)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini penggunaan bahasa Indonesia secara baku dan benar kurang diperhatikan oleh penulis surat untuk penulisan surat resmi. Hal ini dikarenakan generasi muda saat ini lebih memilih bahasa yang mudah dimengerti dan digunakannya sehari-hari, atau biasa orang Jawa mengatakan “bodhone”. Mereka malas untuk mencari kebenaran penggunaan bahasa baku yang seharusnya digunakan dalam penulisan surat resmi. Bahasa penulisan yang seharusnya pantas digunakan dalam penulisan surat pribadi justru digunakan untuk menulis surat resmi. Jelas terlihat ketidak tepatan penggunaan bahasa sangat sering terjadi dalam penulisan surat.
Sebaiknya penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar harus diajarkan pada generasi muda sejak usia dini secara bertahap. Agar tidak terjadi perubahan budaya berbahasa yang tepat dalam bahasa tulis. Kesalahan penulisan berakibat fatal jika digunakan dalam sebuah instansi besar dalam suatu organisasi sosial. Berbekal dari masalah kecil itu penggunaan bahasa tulis yang besar perlu sekali dipahami masyarakat Indonesia.


B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana ciri-ciri bahasa tulis?
2. Bagaimana ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku?
3. Bagaimana ciri-ciri bahasa Indonesia yang baik dan benar?
4. Bagaimana pemilihan kata yang tepat dalam bahasa tulis?


C. TUJUAN

1. Mengetahui ciri-ciri bahasa tulis
2. Mengetahui ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku.
3. Mampu mengetahui ciri-ciri bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Mampu memilih kata-kata yang tepat dalam penggunaan bahasa tulis.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri bahasa tulis
Menurut Teeuw (1984 : 26 – 38)
1. Dalam bahasa tulis, sarana suprasegmental dan paralingual tidak ada, sehingga penulis harus mengungkapkan sesuatu dengan jelas dan berhati-hati dalam menyusun kalimat.
2. Komunikasinya terjadi secara tidak langsung sehingga bahasanya dapat lebih tertata dan jika ada kesalahannya, kesalahan itu dapat diperbaiki.
3. Kalimat yang strukturnya kurang baik menghambat komunikasi sehingga dapat digunakan dan aturan-aturan yang ada (kemunculan subjek, predikat, dan objek) harus dipatuhi.
Menurut Arifin dan Amran S. Tasai (1985 : 7-20)
1. Unsur-unsur fungsi gramatikal (Subjek, predikat, objek) tidak selalu dinyatakan.
2. Kejelasan makna dibentuk oleh panjang pendeknya suara dan tinggi rendahnya.
3. Bahasanya sangat terikat oleh kondisi, situasi, ruang, dan waktu sehingga apa yang dibicarakan dalam ruangan hanya berlaku untuk waktu itu dan hanya dimengerti oleh orang yang ada di ruangan itu.

B. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku

Menurut Kridalaksana (1975 : 15-16)
1. Pemakaian prefiks (awalan) me- dan ber- secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek)
Contoh : Irak menyerang Kuwait(Baku)
Irak nyerang Kuwait (Tidak baku)
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek)
Contoh : Tugas itu harap dilaksanakan dengan baik. (Baku)
Harap dilaksanakan dengan baik. (Tidak baku)
3. Terbatasnya unsur-unsur leksikal yang gramatikal dari dialek-dialek regional dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap sebagai unsur bahasa Indonesia.
Contoh : Kami akan menghadap Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00. (Baku)
Kami akan sowan Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00. (Tidak baku)
4. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (jika ada) secara nyata dan ajek.
Contoh : Ia mengetahui bahwa tersangka penganiaya Udin sudah
dilepaskan.(Baku)
Ia mengetahui tersangka penganiaya Udin sudah dilepaskan.(Tidak baku)
5. Pemakaian pola frase verbal aspek+ageng+verba (jika ada) secara ajek.
Contoh : Surat Anda sudah saya baca.(Baku)
Surat Anda saya sudah baca. (Tidak Baku)
6. Pemakaian konstruksi sintetis secara benar. Yang dimaksud konstruksi sintetis adalah konstruksi yang terbentuk dengan mengabungkan unsur-unsur tertentu.
Contoh : Harganya (baku)
Dia punya harga
7. Pemakaian partikel kah dan pun (jika ada) secara konsisten.
Contoh : Ia pun kembali ke desanya.(baku)
Ia kembali ke desanya.(Tidak Baku)
8. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai Bahasa Indonesia non baku.
Contoh : Silakan (baku)
Silahkan (Tidak baku)
C. Ciri-ciri Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Slogan yang berbunyi “Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar” sudah memasyarakat. Para menteri, para pejabat, para guru, dan para mahasiswa sering menyinggung masalah itu. Bahkan, para pelawak pun kadang-kadang mengatakan slogan itu. Selanjutnya, muncullah sebuah pertanyaan. Patokan atau alat ukur bahasa yang baik itu apa? Dan, apa pula patokan bahasa yang benar?
a. Bahasa Indonesia yang baik
Diketahui bahwa dalam bahasa ditemukan berbagai variasi bahasa. Variasi bahasa berdasarkan pemakaian bahasa disebut ragam bahasa. Variasi itu timbul karena penutur memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi sosialnya. Dalam tawar menawar fungsi kalimat diizinkan tidak lengkap. Bentukan kata-kata yang digunakan boleh tidak lengkap, misalnya dengan penanggalan awalannya. Kata dialek juga boleh digunakan. Dalam situasi tawar-menawar di pasar penggunaan kalimat-kalimat berikut sudah tepat dan serasi.
- Berapa harganya itu?
- Bentar saya ambilkan barangnya.
Dalam situasi di pasar seperti itu suasananya dapat menggelikan jika bahasa yang digunakan beragam baku. Sebaliknya, ragam baku digunakan dalam situasi resmi, misalnya dalam pidato kenegaraan, perkuliahan dll.
b. Bahasa Indonesia yang benar
Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa, yaitu
1. Aspek Tata bunyi (Fonologi)
Diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat fonem /f/, /v/, dan /z/. Pada umumnya masyarakat Indonesia sudah mampu mengucapkan fonem-fonem itu dengan benar. Oleh sebab itu, penggunaan fonem-fonem itu pada kata-kata tertentu tidak boleh diganti dengan fonem lain, misalnya



Benar Salah

Fakir Pakir
Vitamin Pitamin
Izin Ijin

2. Aspek Tata Bahasa
a. Pembentukan kata
- Bilamana bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau mendahuluinya.
Contoh:
Benar Salah
Bertepuk tangan Bertepuktangan
Tanda tangani tandatangani
- Bilamana bentuk dasar berupa gabungan kata dan gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran, unsur-unsur gabungan itu ditulis serangkai.
Contoh :
Benar Salah
Memberitahukan Memberi tahukan
- Pembentukan kata dengan awalan pe- dan peN-.
Contoh :
Benar Salah
Pejudi Penjudi
- Pembentukan kata dengan awalan me- dan meN-
Contoh :
Benar Salah
Mengubah Merubah

b. Pembentukan kalimat
- Fungsi-fungsi kalimat wajib dinyatakan secara nyata. Jika salah satu fungsi itu tidak dinyatakan secara nyata kalimatnya menjadi salah.
Contoh :
Benar Salah
Tugas itu harap dilaksanakan dengan Harap dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. sebaik-baiknya.
- Awalan dan akhiran yang digunakan untuk membentuk kata kerja harus dinyatakan secara nyata.
Contoh :
Benar Salah
Iran akan meratakan Bagdad dengan Iran akan ratakan Bagdad
rudal. dengan rudal.
- Semua kata yang digunakan dalam kalimat berfungsi.
Contoh :

Benar Salah
Hadirin dimohon berdiri Kepada hadirin dimohon
berdiri.
- Kata-kata yang dipilih untuk menyusun kalimat harus tepat.
Contoh :
Benar Salah
Ia membawahkan beberapa orang Ia membawahi beberapa
orang.
- Kalimat yang tersusun jangan terdiri atas dua buah anak kalimat.
Contoh :
Benar Salah
Karena sakit, ia tidak masuk kantor. Karena sakit, maka ia
tidak masuk kantor.
- Kalimat yang tersusun terhindar dari bentuk-bentuk rancu.
Contoh :
Benar Salah
Hotel itu dipertinggi atau Hotel Hotel itu dipertinggikan.
itu ditinggikan.
- Ejaanya benar
Contoh :
Benar Salah
Akan tetapi, ia tidak datang. Akan tetapi dia tidak datang.

3. Aspek kosakata
Bentuk yang digunakan ialah kata-kata yang benar.
Contoh :
Benar Salah
Alinea alinia
Sebentar entar

4. Aspek Ejaan
Ejaan kalimat dan kata yang digunakan dalam berbahasa harus benar.
Contoh :
Benar Salah
Ia pergi kemana? Ia pergi kemana.

5. Aspek makna
Pemakaian bahasa yang benarberhubungan dengan ketepatan penggunaan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Makna sesungguhnya merupakan isi setiap bentuk kata. Penggunaan kata dikatakan tepat jika kata yang dipilih sesuai dengan pikiran kita. Misalnya, pikiran kita ingin mengatakan kata ganti orang pertama jamak, kata yang harus dipilih adalah kami, bukan kami-kami dan mereka. Sajian diatas dapat digunakan penulis surat dinas untuk menjadi tolok ukur apakah bahasanya sudah baik dan benar.
D. Pemilihan kata
1) Ketepatan
Seseorang dapat dikatakan dapat memilih kata dengan tepat jika kata yang dipilihnya untuk digunakan dalam kalimat mampu melambangkan idenya secara utuh.
Contoh :
a. Dengan ini kami beritahukan bahwa penyuluhan kebahasaan akan dilaksanakan pada tanggal 8 September 1997.
b. Bersama surat ini kami kirimkan berkas persyaratan pengusulan kenaikan pangkat pegawai kami bernama Bambang Eko Wardono dkk.
Namun akan menjadi tidak tepat jika dipakai sebagai berikut:
c. Bersama surat ini kami beri tahukan bahwa penyuluhan kebahasaan akan dilaksanakan pada tanggal 8 September 1997.
2) Kebakuan
Surat dinas bersifat sangat resmi. Sejalan dengan sifat itu, bahasa yang digunakan dalam surat dinas harus beragam baku.
3) Keumuman
Kata-kata yang dipilih yang digunakan dalam surat harus kata-kata yang dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. Kata-kata yang kurang dimengerti oleh masyarakat umumnya jangan digunakan. Kata-kata yang kurang dimengerti oleh masyarakat umumnya antara lain istilah khusus keilmuan, kata-kata asing, kata-kata dialek, kata-kata arkhais, kata-kata slang, dan kata-kata prokem.
4) Kehematan
Dalam memilih kata-kata yang digunakan untuk menyusun kalimat harus berdasar pada prinsip ekonomi bahasa, yaitu penghematan dalam pemakaian kata. Semua kata yang digunakan dalam kalimat harus berfungsi untuk melambangkan ide atau pikiran yang dikemukakan. Kata-kata yang tidak berfungsi harus ditiadakan.
Contoh :
Demikian semoga untuk dimaklumi dan atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
5) Kehalusan Makna
Yang dimaksud dengan kehalusan makna adalah sifat-sifat halus yang dikandung makna kata atau kesopanan makna. Dalam penulisan surat kehalusan makna perlu diperhatikan, kata-kata yang mengandung kekasaran halus dihilangkan.
Contoh :
Halus kasar
Mohon minta
Sudi mau
Diberhentikan dipecat.






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Sajian ciri-ciri ragam tulis, ciri-ciri ragam baku, sajian bahasa yang baik dan benar di atas dapat dimanfaatkan oleh penyusun atau penulis surat dinas. Ciri-ciri ragam tulis dan ciri-ciri ragam baku itu dapat dimanfaatkan oleh penyusun surat dinas sebagai alat ukur untuk melihat kembali apakah kalimat-kalimat yang disusunnya sudah mengandung ciri-ciri tersebut. Bahasa Indonesia yang baik dan benar juga dapat digunakan sebagai tolok ukur apakah bahasanya sudah baik dan benar.


Daftar Pustaka
Sabariyanto, Dirgo. 1998. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar