Total Tayangan Halaman

Senin, 14 November 2011

Lapak Tuah Sang Wanita

Mata lebam, wajah berbilur “kau apakan wanita itu?” “hanya mencintainya dengan tubuhnya? Atau kau memang mencintai bilur biru di punggungnya?” “asal kau tahu, wanita itu bukan sekedar tubuh Yang bisa kau rabai, kau remat sesukamu, Tapi wanita adalah jiwa, wanita adalah pesona keindahan dan ketulusan!” “tak usah bergaya sok gagah, sok tak peduli dengan wanita, Kalo pengen kamu juga jajan wanita kan?” Jangan lelah hai, wanita! Berpijaklah dengan tegap, bagai bala neraka yang akan membunuh para cendekiawan jangan menyerah hai, wanita! Tetaplah terjaga dalam lelahmu, Menyeringai melumpuhkan niat musuh yang siap melumat tubuhmu Aku dan kamu berdiri dan melangkah Mencari kain kafan yang adalah warna dari segala warna keabadian Biarkan lekat luka itu menusuk dada kita Tetapi tetapkan jiwamu, jangan menutupi hati yang tersayat Biarkan seseorang yang Tuhan kirim khusus untukku atau untukmu, Wanita Yang akan menjadi tabib, dari kita tabib yang terluka [aku.ibu.kartini] 25 April 2011 [Martha Ria Hanesti]

Selasa, 02 Agustus 2011

TUGAS MENULIS: 2 CIRI-CIRI BAHASA TULIS, CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA BAKU, CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DAN PEMILIHAN KATA

Martha Ria Hanesti (091224054)
Alfeus Hendi (101224040)
Agustinus Adven Yudanto (101224042)
Yosep Trinowismanto (101224043)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini penggunaan bahasa Indonesia secara baku dan benar kurang diperhatikan oleh penulis surat untuk penulisan surat resmi. Hal ini dikarenakan generasi muda saat ini lebih memilih bahasa yang mudah dimengerti dan digunakannya sehari-hari, atau biasa orang Jawa mengatakan “bodhone”. Mereka malas untuk mencari kebenaran penggunaan bahasa baku yang seharusnya digunakan dalam penulisan surat resmi. Bahasa penulisan yang seharusnya pantas digunakan dalam penulisan surat pribadi justru digunakan untuk menulis surat resmi. Jelas terlihat ketidak tepatan penggunaan bahasa sangat sering terjadi dalam penulisan surat.
Sebaiknya penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar harus diajarkan pada generasi muda sejak usia dini secara bertahap. Agar tidak terjadi perubahan budaya berbahasa yang tepat dalam bahasa tulis. Kesalahan penulisan berakibat fatal jika digunakan dalam sebuah instansi besar dalam suatu organisasi sosial. Berbekal dari masalah kecil itu penggunaan bahasa tulis yang besar perlu sekali dipahami masyarakat Indonesia.


B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana ciri-ciri bahasa tulis?
2. Bagaimana ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku?
3. Bagaimana ciri-ciri bahasa Indonesia yang baik dan benar?
4. Bagaimana pemilihan kata yang tepat dalam bahasa tulis?


C. TUJUAN

1. Mengetahui ciri-ciri bahasa tulis
2. Mengetahui ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku.
3. Mampu mengetahui ciri-ciri bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Mampu memilih kata-kata yang tepat dalam penggunaan bahasa tulis.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri bahasa tulis
Menurut Teeuw (1984 : 26 – 38)
1. Dalam bahasa tulis, sarana suprasegmental dan paralingual tidak ada, sehingga penulis harus mengungkapkan sesuatu dengan jelas dan berhati-hati dalam menyusun kalimat.
2. Komunikasinya terjadi secara tidak langsung sehingga bahasanya dapat lebih tertata dan jika ada kesalahannya, kesalahan itu dapat diperbaiki.
3. Kalimat yang strukturnya kurang baik menghambat komunikasi sehingga dapat digunakan dan aturan-aturan yang ada (kemunculan subjek, predikat, dan objek) harus dipatuhi.
Menurut Arifin dan Amran S. Tasai (1985 : 7-20)
1. Unsur-unsur fungsi gramatikal (Subjek, predikat, objek) tidak selalu dinyatakan.
2. Kejelasan makna dibentuk oleh panjang pendeknya suara dan tinggi rendahnya.
3. Bahasanya sangat terikat oleh kondisi, situasi, ruang, dan waktu sehingga apa yang dibicarakan dalam ruangan hanya berlaku untuk waktu itu dan hanya dimengerti oleh orang yang ada di ruangan itu.

B. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku

Menurut Kridalaksana (1975 : 15-16)
1. Pemakaian prefiks (awalan) me- dan ber- secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek)
Contoh : Irak menyerang Kuwait(Baku)
Irak nyerang Kuwait (Tidak baku)
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) secara eksplisit (nyata) dan konsisten (ajek)
Contoh : Tugas itu harap dilaksanakan dengan baik. (Baku)
Harap dilaksanakan dengan baik. (Tidak baku)
3. Terbatasnya unsur-unsur leksikal yang gramatikal dari dialek-dialek regional dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap sebagai unsur bahasa Indonesia.
Contoh : Kami akan menghadap Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00. (Baku)
Kami akan sowan Bapak pada hari Sabtu, pukul 11.00. (Tidak baku)
4. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (jika ada) secara nyata dan ajek.
Contoh : Ia mengetahui bahwa tersangka penganiaya Udin sudah
dilepaskan.(Baku)
Ia mengetahui tersangka penganiaya Udin sudah dilepaskan.(Tidak baku)
5. Pemakaian pola frase verbal aspek+ageng+verba (jika ada) secara ajek.
Contoh : Surat Anda sudah saya baca.(Baku)
Surat Anda saya sudah baca. (Tidak Baku)
6. Pemakaian konstruksi sintetis secara benar. Yang dimaksud konstruksi sintetis adalah konstruksi yang terbentuk dengan mengabungkan unsur-unsur tertentu.
Contoh : Harganya (baku)
Dia punya harga
7. Pemakaian partikel kah dan pun (jika ada) secara konsisten.
Contoh : Ia pun kembali ke desanya.(baku)
Ia kembali ke desanya.(Tidak Baku)
8. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai Bahasa Indonesia non baku.
Contoh : Silakan (baku)
Silahkan (Tidak baku)
C. Ciri-ciri Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Slogan yang berbunyi “Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar” sudah memasyarakat. Para menteri, para pejabat, para guru, dan para mahasiswa sering menyinggung masalah itu. Bahkan, para pelawak pun kadang-kadang mengatakan slogan itu. Selanjutnya, muncullah sebuah pertanyaan. Patokan atau alat ukur bahasa yang baik itu apa? Dan, apa pula patokan bahasa yang benar?
a. Bahasa Indonesia yang baik
Diketahui bahwa dalam bahasa ditemukan berbagai variasi bahasa. Variasi bahasa berdasarkan pemakaian bahasa disebut ragam bahasa. Variasi itu timbul karena penutur memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi sosialnya. Dalam tawar menawar fungsi kalimat diizinkan tidak lengkap. Bentukan kata-kata yang digunakan boleh tidak lengkap, misalnya dengan penanggalan awalannya. Kata dialek juga boleh digunakan. Dalam situasi tawar-menawar di pasar penggunaan kalimat-kalimat berikut sudah tepat dan serasi.
- Berapa harganya itu?
- Bentar saya ambilkan barangnya.
Dalam situasi di pasar seperti itu suasananya dapat menggelikan jika bahasa yang digunakan beragam baku. Sebaliknya, ragam baku digunakan dalam situasi resmi, misalnya dalam pidato kenegaraan, perkuliahan dll.
b. Bahasa Indonesia yang benar
Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa, yaitu
1. Aspek Tata bunyi (Fonologi)
Diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat fonem /f/, /v/, dan /z/. Pada umumnya masyarakat Indonesia sudah mampu mengucapkan fonem-fonem itu dengan benar. Oleh sebab itu, penggunaan fonem-fonem itu pada kata-kata tertentu tidak boleh diganti dengan fonem lain, misalnya



Benar Salah

Fakir Pakir
Vitamin Pitamin
Izin Ijin

2. Aspek Tata Bahasa
a. Pembentukan kata
- Bilamana bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau mendahuluinya.
Contoh:
Benar Salah
Bertepuk tangan Bertepuktangan
Tanda tangani tandatangani
- Bilamana bentuk dasar berupa gabungan kata dan gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran, unsur-unsur gabungan itu ditulis serangkai.
Contoh :
Benar Salah
Memberitahukan Memberi tahukan
- Pembentukan kata dengan awalan pe- dan peN-.
Contoh :
Benar Salah
Pejudi Penjudi
- Pembentukan kata dengan awalan me- dan meN-
Contoh :
Benar Salah
Mengubah Merubah

b. Pembentukan kalimat
- Fungsi-fungsi kalimat wajib dinyatakan secara nyata. Jika salah satu fungsi itu tidak dinyatakan secara nyata kalimatnya menjadi salah.
Contoh :
Benar Salah
Tugas itu harap dilaksanakan dengan Harap dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. sebaik-baiknya.
- Awalan dan akhiran yang digunakan untuk membentuk kata kerja harus dinyatakan secara nyata.
Contoh :
Benar Salah
Iran akan meratakan Bagdad dengan Iran akan ratakan Bagdad
rudal. dengan rudal.
- Semua kata yang digunakan dalam kalimat berfungsi.
Contoh :

Benar Salah
Hadirin dimohon berdiri Kepada hadirin dimohon
berdiri.
- Kata-kata yang dipilih untuk menyusun kalimat harus tepat.
Contoh :
Benar Salah
Ia membawahkan beberapa orang Ia membawahi beberapa
orang.
- Kalimat yang tersusun jangan terdiri atas dua buah anak kalimat.
Contoh :
Benar Salah
Karena sakit, ia tidak masuk kantor. Karena sakit, maka ia
tidak masuk kantor.
- Kalimat yang tersusun terhindar dari bentuk-bentuk rancu.
Contoh :
Benar Salah
Hotel itu dipertinggi atau Hotel Hotel itu dipertinggikan.
itu ditinggikan.
- Ejaanya benar
Contoh :
Benar Salah
Akan tetapi, ia tidak datang. Akan tetapi dia tidak datang.

3. Aspek kosakata
Bentuk yang digunakan ialah kata-kata yang benar.
Contoh :
Benar Salah
Alinea alinia
Sebentar entar

4. Aspek Ejaan
Ejaan kalimat dan kata yang digunakan dalam berbahasa harus benar.
Contoh :
Benar Salah
Ia pergi kemana? Ia pergi kemana.

5. Aspek makna
Pemakaian bahasa yang benarberhubungan dengan ketepatan penggunaan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Makna sesungguhnya merupakan isi setiap bentuk kata. Penggunaan kata dikatakan tepat jika kata yang dipilih sesuai dengan pikiran kita. Misalnya, pikiran kita ingin mengatakan kata ganti orang pertama jamak, kata yang harus dipilih adalah kami, bukan kami-kami dan mereka. Sajian diatas dapat digunakan penulis surat dinas untuk menjadi tolok ukur apakah bahasanya sudah baik dan benar.
D. Pemilihan kata
1) Ketepatan
Seseorang dapat dikatakan dapat memilih kata dengan tepat jika kata yang dipilihnya untuk digunakan dalam kalimat mampu melambangkan idenya secara utuh.
Contoh :
a. Dengan ini kami beritahukan bahwa penyuluhan kebahasaan akan dilaksanakan pada tanggal 8 September 1997.
b. Bersama surat ini kami kirimkan berkas persyaratan pengusulan kenaikan pangkat pegawai kami bernama Bambang Eko Wardono dkk.
Namun akan menjadi tidak tepat jika dipakai sebagai berikut:
c. Bersama surat ini kami beri tahukan bahwa penyuluhan kebahasaan akan dilaksanakan pada tanggal 8 September 1997.
2) Kebakuan
Surat dinas bersifat sangat resmi. Sejalan dengan sifat itu, bahasa yang digunakan dalam surat dinas harus beragam baku.
3) Keumuman
Kata-kata yang dipilih yang digunakan dalam surat harus kata-kata yang dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. Kata-kata yang kurang dimengerti oleh masyarakat umumnya jangan digunakan. Kata-kata yang kurang dimengerti oleh masyarakat umumnya antara lain istilah khusus keilmuan, kata-kata asing, kata-kata dialek, kata-kata arkhais, kata-kata slang, dan kata-kata prokem.
4) Kehematan
Dalam memilih kata-kata yang digunakan untuk menyusun kalimat harus berdasar pada prinsip ekonomi bahasa, yaitu penghematan dalam pemakaian kata. Semua kata yang digunakan dalam kalimat harus berfungsi untuk melambangkan ide atau pikiran yang dikemukakan. Kata-kata yang tidak berfungsi harus ditiadakan.
Contoh :
Demikian semoga untuk dimaklumi dan atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
5) Kehalusan Makna
Yang dimaksud dengan kehalusan makna adalah sifat-sifat halus yang dikandung makna kata atau kesopanan makna. Dalam penulisan surat kehalusan makna perlu diperhatikan, kata-kata yang mengandung kekasaran halus dihilangkan.
Contoh :
Halus kasar
Mohon minta
Sudi mau
Diberhentikan dipecat.






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Sajian ciri-ciri ragam tulis, ciri-ciri ragam baku, sajian bahasa yang baik dan benar di atas dapat dimanfaatkan oleh penyusun atau penulis surat dinas. Ciri-ciri ragam tulis dan ciri-ciri ragam baku itu dapat dimanfaatkan oleh penyusun surat dinas sebagai alat ukur untuk melihat kembali apakah kalimat-kalimat yang disusunnya sudah mengandung ciri-ciri tersebut. Bahasa Indonesia yang baik dan benar juga dapat digunakan sebagai tolok ukur apakah bahasanya sudah baik dan benar.


Daftar Pustaka
Sabariyanto, Dirgo. 1998. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Jumat, 15 Juli 2011

Presentasi Aliran London (aliran linguistik)

I. Pengertian
Sebuah gerakan linguistik yang hidup di Inggris,
II. Bronislaw Malinowski (1884 -1942)
Malinowski menghasiskan hanpir seluruh hidupnya di inggris, dan ia sangat terkenal dalam bidang antropologi. Minatnya dalam linguistik muncul ketika dia bekerja di laut selatan, ketika dia bekerja dengan penduduk kepulauan trobianda yang masih primitif, disebelah timur papua nigini. Ia berpendapat bahwa tidak mungkin untuk menerjemahkan kata demi kata bahasa yang digunakan oleh penduduk trobianda. Dalam upaya memikirka dan memecahkan masalah tersebut tanpa disadarinya Malinowski membangun sebuah teori makna dan bahasa, pandangan ini disebut konteks situasi.

Brownislaw Malinowski berasal dari Inggris, ia terkenal dalam bidang Antropologi. Pandangannya yang mendasar tentang makna dalam bahasa itu disebut “konteks situasi”, yang kemudian diambil dan dikembangkan oleh J.R.Firth. Menurut Malinowski, makna tuturan itu seperti yang terdapat dalam konteks situasinya. Gagasan ini telah mencakup dan mendukung gagasan Bloomfield. Kaum mentalis dan mekanis biasa menyebutnya metode praktis.
Malinowski berpendapat bahwa:
1) kalimat adalah bahasa dasar.
2) kata merupakan abstraksi sekunder. Ia membatasi kalimat sebagai sebuah tuturan yang di ikat oleh sebuah kesenyapan atau jeda yang dapat didengarkan. Menurut Malinowski bahasa adalah peranti kegiatan sosial dan peranti kerja sama.

1. Komunifatik
Komunifatik adalah istilah yang ditemukan oleh Malinowski untuk memberi label pada pemakaian bahasa yang nonreferensial. Mungkin seseorang akan keberatan bahwa pelarian dari masalah referensial semacam itu hanya ada jika tuturan dalam masyarakat memberi efek melalui perantara pemahaman penutur berupa harapan, keinginan, dan sebagainya.
2. Terjemahan
Selama masyarakat itu unik, bahasa serta situasi pemakaian bahasa itu juga unik, jelaslah bahwa terjemahan itu tidak mungkin bahasa itu secara esential bersifat pragmatik. Oleh sebab itu bahasa dapat diartikan sebagai perangkap lambang benda dalam seperangkat hungan seperti yang dilihat orang dan orang melihatnya menurut kemampuan untuk bertindak kepadanya.


III. John Ruppert Firthian (1890-1960)

J R Firthian merupakan guru besar general linguistik pada universitas london dari tahun 1944 – 1956. Gagasan Firth sendiri dapat kita tekuni pada bukunya Papers in Linguistics dan The Tongues of Men and Speech. Kaum Firth sangat terkenal karena kecenderungannya untuk menerapkan hal – hal yang praktis.

Dia berpendapat bahwa kajian fonemik itu bukanlah satu – satunya cara dan juga bukan merupakan cara terbaik untuk menunjukan fonologis bahasa. Ia merasakan bahwa kajian fonemik itu sangat bermanfaat bagi perancangan sistem tulisan suatu bahasa.

Firth mengeluarkan teori tentang fonologi prosodi.Titik berat perhatiannya memang pada bidang fonetik dan fonologi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Fonologi prosodi terdiri dari satuan-satuan fonematis dan satuan prosodi. Satuan –satuan fonematis berupa unsur-unsur segmental, yaitu berupa konsonan dan vokal. Sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau sifat-sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu segemn tunggal. Ada 3 macam pokok prosodi, yaitu (1) prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata, gabungan konsonan, dan gabungan vokal; (2) prosodi yang terbentuk oleh jeda; dan (3) prosodi yang lebih daripada fonem-fonem suprasegmental.

Empat hal yang menjadi titik berat teori Firth ini yaitu
1. Komponen sosiologis dalam studi linguistik
Malinowski banyak mempengaruhi Firh menyatakan pentingnya menempatkan kata – kata dalam kontes keseluruhan ujaran pada situasinya. Inilah yang disebunya dengan The context of situation. Firth terpengaruh oleh Malinowski dalam studi hubungan bahasa dan konteks sosial, menolak formalisme struktural yang statis yang menurutnya terpulangkan pada pembedaan ketat langue/parole dari saussure.
2. Teori makna
Pada tahun 1930-an Firth menyetujui bahwa makna adalah The total network of relations or functions into which any linguistic item enters ( jaringan keseluruhan dari relasi – relasi dan fungsi – fungsi ke dalam mana setiap butir linguistik masuk). Kata – kata menjadi bagian dari kebiasaan dan makna yang mungkin dimiliki kata – kata itu adalah pola – pola tingakah laku, dan dalam pola ini kata – kata tersebut memepunyai fungsi koordinasi.
3. Analisis makna dalam batasa level Structure dan system
Dari sanding kata adalah dua kata atau lebih, dianggap sebagai butir – butir kosakata sendiri, dipakai dalam sandingan satu sama lain yang lazim dalam bahasa tertentu. Menurut Firth, adalah sebagian data kata malam untuk bisa atau mungkin bersanding kata dengan kata gelap.
Hubungan yang mungkin dimasuki butir – butir bahasa itu terbagi dua yaitu
1. Internal atau formal
Hubungan – hubungan antara satu butir formal dengan yang lainnya, seperti hubungan butir – butir kosakata dalam sanding katanya atau hubungan – hubungan sintaksis antara kategori – kategori dramatik.
2. Situasional
Hubungan – hubungan antara butir – butir atau kategori – kategori bahasa denga segala unsur – unsur diluar bahasa dalam situasi – situasi dalam mana bahasa mengantarai manusia pada pemeran serta daloam satu situasi sosial.
4. Teori fonologi
Firth mengajukan pemisahan persyaratan transkripsi dari persyaratan pengertian struktur fonologi. Pendekatan firth dalam fonologi terkenal denga sebutan prosodic analysis atau prosodic phonologi. Prosodic analysis berbicara dengan dua tipe kesatuan :
1. Phonematic unit
Adalah segmen – segmen, disusun secra seri seperti konsonan dan vowel.
2. Prosody
Prosody mengacu kepada ciri – ciri fonetik yang meluas pada keseluruhan dari struktur, misalnya pola – pola intonasi.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Alawilah, Chaedar. 1989. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung : Angkasa

http://griyawardani.wordpress.com/2011/02/27/aliran-linguistik-aliran-london/ diakses pada tanggal 25 maret 2011-03-25
\
Kentjono, djoko.1984. Dasar – Dasar Linguistik Umum. Jakarta: fakultas sastra universitas indonesia

Kuingin Kau Tahu (Adrian Martadinata)

Bm D G Bm
Selama aku pergi ku akan mengingatmu

Bm D G A F#m G
Tak hanya sementara selalu dan selalu kurindukan

F#m G A
Senyummu untukku di sini


Reff:

B E
Ku ingin kau tahu meskipun ku jauh

G#m F# E
Ku ada di hatimu

B E
Ku ingin kau tahu meskipun kau jauh

G#m F# E F# Bm
Kau tetap milikku selamanya





Bm D G A F#m
Ku bernyanyi untukmu, untukmu yang kurindukan

G F#m G A
Tetaplah setia menungguku kan kembali


Reff:

B E
Ku ingin kau tahu meskipun ku jauh

G#m F# E
Kau ada di hatiku

B E
Ku ingin kau tahu meskipun kau jauh

G#m F# E F# B
Kau tetap milikku selamanya

Kamis, 14 Juli 2011

Terakhir dan tak kan terulang lagi, Bu!

oleh Martha Ria Hanesti pada 18 Mei 2011 jam 1:32

"di doa ibuku, namaku disebut, di doa ibuku dengar ada namaku disebut"
Hingga detik ini, aku masih terus memutar otak gimana cara mengganti kalung hadiah dr ibu yg hilang ditanganku...
Ibukku bukan depkolektor.
Tapi aku lupa hari ke 17 di purnama ke 5 ini adalah hari special buat ibu,
Pikun, pikun, pikun
Ditengah hiruk pikuk jalan utama itu justru aku mengajak ibu utk menemaniku menari,
Ibuku bukan depkolektor, tapi malaikat.
Tapi aku memang tidak tertarik utk tau kapan hari jadi ibu, setidaknya aku jd tidak tau kapan Tuhan mengurangi jatah nafas ibu.
Ibuku bukan depkolektor, tapi guru.
Pernah menangis dipelukan ibu, tp sayang aku lebih sering melihat ibu menangis karena tanganku...
Ibuku bukan depkolektor, hanya hamba yg menguasaiku saja.
Terima kasih utk air mata dan doamu, ibu! Takkan lagi ibu terluka olehku utk yg kesekian kali. Tetaplah mencintaiku hingga aku tak mampu lg mencintaimu saat Tuhan menarik kembali jantung yang DIA titipkan padaku, tetaplah menjadi wanita yg menjadi semangatku utk mengawali nada dalam lagu hidupku, ibu! Aku mencintaimu...

Presentasi Sosiolinguistik (Bahasa dan Kebudayaan)


BAHASA DAN KEBUDAYAAN
1.       Bahasa
Manusia sering didefinisikan sebagai makhluk yang berbahasa/berbicara (homo loquens) (46). Bahasa yang digunakan manusia merupakan sesuatu yang sangat mendasar, sehingga manusia sendiri tidak lagi memikirkan bagaimana cara berbahasa seperti saat kita bernafas. Bahasa pun sama pentingnya seperti bernafas. Kita bisa membayangkan bagaimana jika dalam kehidupan kita sama sekali tidak bernafas. Kita mungkin akan merasa lemas bahkan kita bisa mati karena mungkin sebagian dari tubuh kita akan tidak berfungsi. Jika kita tidak mempunyai bahasa, maka kita akan kehilangan kesanggupan kita hidup sebagai makhluk social, dengan kata lain kita akan kehilangan kemanusiaan kita (46).
Secara garis besar bahasa adalah suatu sistem perisyaratan (semiotic) yang terdiri dari unsur-unsur isyarat dan hubungan antara unsur-unsur itu. unsur bahasa yang paling dikenal orang ialah kata. Kata merupakan unsur yang paling sulit didefinisikan secara ilmiah oleh ahli-ahli bahasa. Unsur-unsur lain dari bahasa ialah fonem, morfem, frase dan klausa (46-47).
Hubungan atau struktur dari unsur-unsur bahasa pada dasarnya terdiri dari dua maacam, yang satu secara horizontal atau sintagmatis (=mengenai urutan) dan vertical atau paradigmatic (=mengenai penggolongan).
Dilihat dari sudut lain, bahasa dapat kita gambarkan sebagai terdiri dari sub sistem (48), yaitu:
1.       Subsistem fonologi, yang mencakuo unsur-unsur bunyi serta strukturnya
2.       Tata bahasa (Inggris: Grammar) yang memerikan hubungan antara unsur-unsur bermakna (morfem, kata, frase, dan klausa)
3.       Kosakata, yaitu daftar dari unsur-unsur bermakna.
Aspek kedua dari pengkajian bahasa ialah fungsinya. Fungsi bahasa yang paling mendasar adalah untuk komunikasi, yaitu alat pergaulan dan perhubungan sesame manusia. Komunikasi memungkinkan terjadinya suatu sistem social atau masyarakat (48).
Diluar komunikasi kebahasaan, ada juga sistem-sistem komunikasi lain, umpamanya perkerabatan (yang dapat dipakai mengatur hidup bersama), isyarat dengan gerak badan (mengangguk untuk menyatakan persetujuan, mengayunkan tangan untuk memanggil), cara berpakaian (mengenakan pakaian tertentu dapat mengisyaratkan kekhidmatan suatu pertemuan, tanda-tanda kepangkatan pada pakaian dapat mengisyaratkan kedudukan).
2.       Kebudayaan
Semua sistem semiotic atau komunikasi diatas disebut kebudayaan, yaitu keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat. Dengan demikian kebudayaan dapat kita definisikan sebagai sistem aturan-aturan komunikasi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara dan dilestarikan.
Biasanya penyusun-penyusun definisi itu melihat kebudayaan dari segi aspek yang berbeda. Kroeber dan Kluckhom (1952) telah mengumpulkan berpuluh-puluh definisi mengenai kebudayaan, dan mengelompokkannya menjadi 6 golongan menurut sifat definisi itu. Yakni:
1)      Definisi yang deskriptif  : definisi yang menekankan pada unsur-unsur kebudayaan.
2)      Definisi yang historis       :definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan.
3)      Definisi normatif              : definisi yang menekankan hakikat kebudayaan sebagai aturan hidup dan tingkah laku.
4)      Definisi yang psikologis  : definisis yang menekankan pada kegunaan kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup.
5)      Definisi yang struktural  : definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang berpola dan teratur.
6)      Definisi yang genetik      : definisis yang menekankan pada terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya manusia.
Pengelompokkan definisi-definisi kebudayaan yang dibuat Nababan (1984) pun menunjukkan bahawa kebudayaan itu melingkupi segala aspek dan unsur kehidupan manusia. Nababan mengelompokkan definisi kebudayaan atas 4 golongan, yaitu:
1)      Definisi yang melihat kebudayaan sebagai pengatur dan pengikat masyarakat.
2)      Definisi yang melihat kebudayaan sebagai hal-hal yang diperoleh manusia melalui belajar atau pendidikan(nurture)
3)      Definisi yang melihat kebudayaan sebagai kebiasaan dan perilaku manusia.
4)      Definisi yang melihat kebudayaan sebagai sistem komunikasi yang dipakai masyarakat untuk memperoleh kerjasama, kesatuan, dan kelangsungan hidup masyarakat manusia.
Koentjaraningrat (1992) mengatakan bahwa kebudayaan itu hanya dimiliki manusia, dan tumbuh bersama dengan berkambangnya masyarakat manusia. Untuk memahaminya Koentjaraningrat menggunakan sesuatu yang disebutnya “kerangka kebudayaan”, yang memiliki 2 aspek tolak yaitu wujud kebudayaan dan isi kebudayaan. Yang disebut wujud kebudayaan itu berupa wujud gagasan, perilaku, dan fisik atau benda. Ketiga wujud itu secara berurutan disebutnya juga sistem bahasa, yang bersifat abstrak; sistem sosial, yang bersifat agak konkret; dan kebudayaan fisik yang bersifat sangat konkret. Isi kebudayaan terdiri dari 7 unsur yang bersifat universal artinya, ketujuh unsur itu terdapat dalam setiap masyarakat manusia yang ada di dunia ini. ketujuh unsur itu adalah:
1)      Bahasa
2)      Sistem teknologi
3)      Sistem mata pencaharian hidup/ekonomi
4)      Organisasi sosial
5)      Sistem pengetahuan
6)      Sistem religi
7)      Kesenian

3.       Hubungan bahasa dan Kebudayaan
Bahasa sebagai sistem komunikasi adalah suatu bagian atau subsistem dari sistem kebudayaan –malah termasuk dalam bagian yang inti dan terpenting dalam kebudayaan.
Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah bagi unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu.
Kebudayaan manusia tidak akan dapat terjadi tanpa bahasa; bahasalah faktor yang memungkinkan terbentuknya kebudayaan (50).
Hubungan lain dari bahasa dengan kebudayaan ialah bahwa bahasa, sebagai sistem komunikasi mempunyai makna dalam suatu kebudayaan tertentu, sehingga mengerti sesuatu bahasa tertentu memerlukan sedikit banyak pengertian tentang kebudayaan (50).
Hubungan lain antara bahasa dan kebudayaan, yaitu bahwa kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan adalah melalui bahasanya. Semuanya yang dibicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu pengetahuan yang kita anggap universal adalah tentang hal-hal yang ada dalam kebudayaan bahasa itu (51).
Menurut Koentjaraningrat hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, dimana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan.
Dua macam hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yakni :
1.       Bahwa bahasa adalah bagian dari kebudayaan, dan
2.       Bahwa seseorang belajar kebudayaan melalui bahasanya
Kedua hubungan tersebut  disebut hubungan filogenetik (yang pertama) dan hubungan entogenetik (yang kedua). Kedua hubungan itu perlu kita perhitungkan dalam pengajaran bahasa, khususnya dalam pembuatan dan penyajian bahan pelajaran. Gambaran dari kedua hubungan tersebut:



4.       Tata cara berbahasa
Tatacara berbahasa ini mengatur
a.       Ap yang seharusnya kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu
b.      Ragam bahasa apa yang sewajarnya kita pakai dalam situasi linguistic tertentu
c.       Kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita dan menyela orang lain
d.      Kapan kita harus diam, jangan berbicara.
Seseorang baru dikatakan mahir berbahasa (memakai suatu bahasa), kalau dia sudah cukup tahu akan hal dan tatacara tersebut. Kajian tentang hal-hal ini biasa disebut dengan “etnografi berbahasa”.
Dalam interaksi berbahasa, bukan hanya gerakan badan yang mempunyai aturan tetapi juga penglihatan (kontak mata) yang dikaji oleh Michael Argyle (1973:173). Demikian juga penggunaan ruang dan jarak antara pemeran serta, dan penggunaan waktu dalam interaksi, yang dikaji oleh ahli-ahli interaksi sosial seperti Michael Argyle (1973), Scheflen (1976), Goffman (1963,1971), Hall (1966). Mengenai jarak antara pemeran serta dalam percakapan disebut juga “proksemik” , dapat disebut disini bahwa jarak yang besar antara pemeran serta tidak sejalan dengan ragam bahasa akrab dan sebaliknya.

You’re Still The One >> Shania Twain

(When I first saw you, I saw love.
And the first time you touched me, I felt love.
And after
all this time, you’re still the one I love.)
Looks like we made it
Look how far we’ve come my baby
We mighta took the long way
We knew we’d get there someday
They said, “I bet they’ll never make it”
But just look at us holding on
We’re still together still going strong
(You’re still the one)
You’re still the one I run to
The one that I belong to
You’re still the one I want for life
(You’re still the one)
You’re still the one that I love
The only one I dream of
You’re still the one I kiss good night
Ain’t nothin’ better
We beat the odds together
I’m glad we didn’t listen
Look at what we would be missin’
They said, “I bet they’ll never make it”
But just look at us holding on
We’re still together still going strong
(You’re still the one)
You’re still the one I run to
The one that I belong to
You’re still the one I want for life
(You’re still the one)
You’re still the one that I love
The only one I dream of
You’re still the one I kiss good night
(You’re still the one)
You’re still the one I run to
The one that I belong to
You’re still the one I want for life
(You’re still the one)
You’re still the one that I love
The only one I dream of
You’re still the one I kiss good night